Di tengah kekhawatiran masyarakat atas tindak kekerasan oleh kelompok intoleran serta menguatnya posisi politik Islam konservatif, sejumlah media semakin gencar menyuarakan toleransi. Benang merah dari beragam konten ini adalah bagaimana menumbuhkan optimisme terhadap toleransi seperti menampilkan kisah keberhasilan sosok-sosok pejuang toleransi dalam menumbuhkan sikap damai dan menghargai keberagaman pada daerah mereka masing-masing, menunjukkan antusiasme masyarakat dalam meramaikan parade Bhinneka Tunggal Ika, hingga menayangkan video vox populi berisi keyakinan sejumlah tokoh publik akan masyarakat Indonesia yang menghargai keberagaman. Melalui konten-konten ini media berupaya menunjukkan bahwa bara toleransi masih menyala meskipun terkubur dalam [sekam](https://google.com).
![DSC02568.jpg](https://tobimaungetes.host/uploads/DSC_02568_0d2d8e4812.jpg)

large_Toleransi.id (1).png

medium_Toleransi.id (1).png

small_Toleransi.id (1).png

thumbnail_Toleransi.id (1).png

Toleransi.id (1).png

We design educational content and distribute them through digital platforms. Our educational content, research & development, as well as curriculum utilize popular issues and culture as a form of approach to young people and the general public.

Kami merancang konten-konten edukasi yang kami sebarkan melalui platform digital. Konten edukatif, research & development, hingga kurikulum kami memanfaatkan isu dan budaya populer sebagai bentuk pendekatan kepada anak muda dan masyarakat umum lainnya.

large_program-ti.png

medium_program-ti.png

small_program-ti.png

thumbnail_program-ti.png

program-ti.png

*Bagaimana jika santri justru ‘mondok’ di seminari?*

Ini adalah kisah Iyan, santri kelas 12 Pondok Pesantren As-Shoheh Sampora Bogor yang mengikuti program Future Heroes Project: Build a Bridge. Program ini memberikannya kesempatan untuk belajar dan tinggal di Seminari Stella Maris Bogor selama program berlangsung.

Ketika pertama kali mengetahui program ini, Iyan langsung tertarik ikut serta karena berharap dapat mengenal teman-teman Katolik lebih dalam. Pasalnya, selama 5-6 tahun terakhir, lingkungan tempatnya tinggal cenderung homogen. Kakak dan orang tuanya juga merupakan lulusan pesantren. Ini membuatnya ingin belajar lebih banyak dari orang-orang dengan latar belakang agama yang beragam sehingga bisa bermasyarakat lebih bijak.

> “Awalnya dapat kabar bahwa akan ada pertukaran pelajar. Kita akan studi ke teman-teman Katolik. Harapan saya ingin dapat banyak teman. Saya sadar bahwa dalam hidup, kita perlu hidup berdampingan. Jadi harapannya bisa lebih kenal teman-teman Katolik juga, supaya ketika terjun ke masyarakat, kita nggak salah gitu,” tutur Iyan.

Ustadznya di pesantren juga mendukung penuh program ini. Ia sempat mengatakan bahwa ini adalah perjumpaan yang tertunda. Sebab, sejak 5 tahun sebelumnya, diskusi untuk mengadakan kegiatan kolaborasi dan ruang perjumpaan antara Pondok Pesantren As-Shoheh Sampora dan Seminari Stella Maris Bogor sudah direncanakan. Namun, belum ada kesempatan yang mengizinkan pertemuan ini terlaksana. Barulah 5 tahun kemudian, Tabula berhasil mempertemukan kedua entitas ini.
 
> Walaupun ada perasaan senang dan bahagia karena dapat tinggal dan belajar di tempat baru, sempat terbersit kekhawatiran dalam lubuk hati Iyan. Ia bercerita, “kekhawatiran saya takut menyinggung perasaan dari teman-teman Katolik. Saya takut salah ngomong, takut salah bersikap. Pasti ada perbedaan antara Islam dan Katolik. Keduanya belum saling paham, takutnya saling melukai.”  Hal ini yang membuat dirinya dan teman-temannya agak sungkan ketika pertama kali hadir. Apalagi mereka menjadi minoritas di Seminari. 

Namun, penerimaan yang hangat dari teman-teman Seminari untuk mengajak makan bersama, pentas seni bersama, dan berdiskusi bersama, membuat kekhawatiran itu pelan-pelan memudar. Iyan pun sangat senang karena diperbolehkan untuk menginjakkan kaki ke dalam kapel Gereja, melihat-lihat kondisi Seminari, dan bertanya tentang berbagai hal seputar agama Katolik. Beberapa hal yang ia tanyakan adalah konsep Trinitas dan mengapa banyak patung di dalam Gereja. Ini yang membuat dirinya sadar bahwa masing-masing agama memiliki keyakinannya masing-masing, dan tugas kita bersama untuk saling menghargai perbedaan yang ada. 

Tak hanya belajar memahami agama Katolik secara umum, Iyan juga mengikuti berbagai macam sesi lain dengan antusias. Sesi tersebut antara lain sesi mengenal diri dan membangun empati kepada orang lain. Iyan juga mendapatkan kesempatan untuk merayakan perbedaan bersama para Seminaris melalui pentas seni dan menyaksikan teman-teman Katolik beribadah. Kedekatan antara Iyan dan para Seminaris berlanjut pada sesi memahami toleransi serta bagaimana dialog lintas agama dan keyakinan telah terjadi sejak lama untuk membangun solidaritas. Sesi dialog yang lebih intens dalam kelompok kecil menjadi sesi pamungkas dari program ini. Tujuannya tidak hanya untuk semakin mengenal perbedaan yang ada, tetapi juga mencari dan merayakan kesamaan-kesamaan yang dimiliki.

> “Saya datang kesini bersyukur, kita jadi tahu banyak hal. Ketika kemarin ada kelas menggali potensi dengan diri kita, saya senang sekali. Kebetulan saya juga lagi bingung gitu. Saya kelas 12 akhir, kita masih bingung mau berangkat kemana. Dengan adanya materi kemarin, kita jadi tahu tentang potensi kita dan langkahnya kemana,” kenang Iyan. 

Berkat program ini, Iyan juga membangun harapan lain. Besar harapannya ke depan, teman-teman Seminari dapat bergantian datang ke Pondok Pesantren untuk belajar dan teman-teman santrinya yang lain dapat ikut serta untuk merasakan perjumpaan yang mengesankan ini. 

> Indika Foundation Impact Grant merupakan program pendanaan dan pendampingan bagi organisasi dan komunitas terpilih. Melalui program ini, Indika Foundation mendorong organisasi dan komunitas untuk berkontribusi aktif dalam mewujudkan perubahan positif dalam ranah perdamaian dan inklusivitas. Semua proyek yang dijalankan oleh organisasi/komunitas berfokus pada aspek berpikir kritis, sosial emosional dan interaksi antar kelompok.

Ilustrasi seorang santri dan seorang pastor yang saling menyapa. Terdapat masjid dan gereja pada latar belakangnya.

large_[06042024] MSC Tabula Thumbnail Website.png

medium_[06042024] MSC Tabula Thumbnail Website.png

small_[06042024] MSC Tabula Thumbnail Website.png

thumbnail_[06042024] MSC Tabula Thumbnail Website.png

[06042024] MSC Tabula Thumbnail Website.png

Bagaimana jika santri justru ‘mondok’ di seminari?
Ini adalah kisah Iyan, santri kelas 12 Pondok Pesantren As-Shoheh Sampora Bogor yang mengikuti program Future Heroes Project: Build a Bridge. Program ini memberikannya kesempatan untuk belajar dan tinggal di Seminari Stella Maris Bogor selama program berlangsung.

When 'Santri' Boarded at Seminary

Saat Santri Mondok di Seminari

Keluarga untuk Ajarkan Toleransi (KUAT) adalah proyek pemberdayaan keluarga yang fokus memberikan kemampuan sosial emosional dan berpikir kritis bagi orang tua guna melindungi keluarga dari paham ekstremisme. Proyek ini menyasar tiga daerah, yaitu Jabodetabek, Bandung Raya, dan Solo Raya dengan melibatkan 83 orang fasilitator lapangan dan menargetkan 600 orang orang tua dampingan.

Families to Teach Tolerance (KUAT) is a family empowerment project that focuses on providing parents with social-emotional and critical thinking skills to protect families from extremism. This project targets three regions, namely Jabodetabek, Bandung Raya, and Solo Raya by involving 83 field facilitators and targeting 600 assisted parents.

medium_KUAT.png

small_KUAT.png

thumbnail_KUAT.png

KUAT.png

medium_person writing on white paper photo – Free Work Image on Unsplash 2021-05-27 11-01-58.png

small_person writing on white paper photo – Free Work Image on Unsplash 2021-05-27 11-01-58.png

thumbnail_person writing on white paper photo – Free Work Image on Unsplash 2021-05-27 11-01-58.png

person writing on white paper photo – Free Work Image on Unsplash 2021-05-27 11-01-58.png

Keluarga untuk Ajarkan Toleransi

AkadeMI 2020 merupakan rangkaian kompetisi konten digital & kelas daring untuk mengembangkan kapasitas pembuat konten muda dalam menyebarluaskan toleransi dalam Islam melalui karya-karyanya. Materi kelas mencakup tujuh kategori yaitu foto, video, video animasi, komik, esai, poster, dan *podcast*.

AkadeMI 2020 is a series of digital content & online class competitions to develop the capacity of content creators in spreading tolerance in Islam through their works, with 7 categories, namely photos, videos, animated videos, comics, essays, posters, and podcasts.

thumbnail_AKADEMI Milenial Islami.jpg

AKADEMI Milenial Islami.jpg

Akademi Milenial Islami

Kelas Indika Foundation atau KINTON Publik adalah forum pembelajaran dan diskusi daring yang menyediakan materi seputar pengelolaan organisasi dan program perubahan sosial.

Indika Foundation Class or KINTON Public is an online learning and discussion forum that provides material on organizational management and social change programs.

large_Kinton.png

medium_Kinton.png

small_Kinton.png

thumbnail_Kinton.png

Kinton.png

Kelas Indika Foundation Publik

Kelas intensif dan mentoring/coaching khusus untuk organisasi dan komunitas nirlaba di luar Jabodetabek. Kelas ini membekali organisasi dan komunitas dengan kemampuan manajemen proyek: merancang kerangka pikir logis (logical framework), menyusun intervensi, merancang strategi komunikasi, hingga menyusun anggaran. 

2020
- Merencanakan Program Berorientasi Solusi
- Mengelola dan Memberdayakan Anggota Organisasi
- Mengelola Keuangan Organisasi agar Stabil dan Berkelanjutan

2021
- Kiat-kiat Menyusun Pitch Deck
- Merumuskan Problem Statement dan Objektif Program
- Menentukan Strategi dan Intervensi Program
- Menguatkan Proyek Sosial dan Penggalangan Dana Organisasi
- Menjalin Hubungan dengan Media (Media Relation)
- Menulis Proposal Pendanaan Donor
- Menjadi Empatik dan Pendengar Aktif
- Belajar Kesadaran (Self Awareness) dan Manajemen Diri
- Kiat-kiat Berpikir Kritis

Kolaborator Kami:
Universitas Gadjah Mada, Tokopedia, Rencanamu.ID, Kitabisa.com, Remotivi, Leverate Media Asia, Paragon Corp, Sehat Jiwa, KokBisa, Logos ID, Taufik Nurhidayatulloh, Amadea Kharisma


large_join Our Class-100.jpg

medium_join Our Class-100.jpg

small_join Our Class-100.jpg

thumbnail_join Our Class-100.jpg

join Our Class-100.jpg

Bootcamp Social Impact 101

Indika Foundation bersama Kideco membuat rangkaian kegiatan kompetisi sebagai wadah untuk menyalurkan kreativitas digital anak-anak muda di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Program kompetisi terdiri dari 3 kategori (foto, video, & esai) dan bootcamp untuk para finalis. Acara ini berlangsung pada November-Desember 2021 dan diikuti oleh 30 peserta.

Peserta mendapatkan tiga topik materi: “You Can Be Content Creators”, “Creatively Market Your Content”, dan “You Can Be Impactful”. 

**Capaian Kegiatan** \
Lebih dari 60% peserta merasakan peningkatan:
- kemampuan dalam membuat konten digital berupa esai/foto/video; 
- kreativitas dalam menyebarkan konten digital; 
- motivasi dalam menyebarkan konten digital yang mengandung pesan kebaikan untuk sesama.

***Top Content Creators* sebagai Pelatih**
1. Danny Tumbelaka - fotografer dan pendiri Datum Photography
2. Agus Mulyadi - Mojok.co
3. Eky Eky - videografer & animator
4. Abigail Limuria - WIUI, Lalita Project
5. Fergie Juanda D. - animator FergieJNX
6. Bang Dzoel - fotografer disabilitas 
7. Raim Laode - youtuber, stand-up comedian, pemain film Cek Toko Sebelah

**Testimoni**

*“Indika dan Kideco membuat acara yang ada value-nya, mendatangkan orang-orang yang capable. Kideco nggak hanya cari keuntungan, tapi juga peduli pada pengembangan skills dan kesejahteraan orang-orang.”* **Resti Zufra, juara kedua kategori foto**

Indika Foundation together with Kideco created a series of competition activities as a forum to channel the digital creativity of young people in Paser Regency, East Kalimantan. The competition program consists of 3 categories (photos, videos, & essays) and a bootcamp for the finalists. This event takes place in November-December 2021 and is attended by 30 participants.

Participants get three material topics: “You Can Be Content Creators”, “Creatively Market Your Content”, and “You Can Be Impactful”. 

**Achievements of Activities** \
More than 60% of participants experienced improvement:
- the ability to create digital content in the form of essays/photos/videos;
- creativity in disseminating digital content;
- motivation in spreading digital content containing messages of kindness to others.

***Top Content Creators* as Trainers**
1. Danny Tumbelaka - photographer and founder of Datum Photography
2. Agus Mulyadi - Mojok.co
3. Eky Eky - videographer & animator
4. Abigail Limuria - WIUI, Lalita Project
5. Fergie Juanda D. - animator FergieJNX
6. Bang Dzoel - disabled photographer
7. Raim Laode - youtuber, stand-up comedian, movie player Cek Toko Sebelah

**Testimony**

*“Indika and Kideco are making an event that has value, bringing in capable people. Kideco is not only looking for profit, but also cares about developing skills and people's welfare.”* **Resti Zufra, second place in the photo category**

large_Kideco Digital Competition.png

medium_Kideco Digital Competition.png

small_Kideco Digital Competition.png

thumbnail_Kideco Digital Competition.png

Kideco Digital Competition.png

Kideco Digital Competition

Indika Foundation bersama Tripatra merancang program daring untuk mempromosikan pengalaman belajar ilmu rekayasa/teknik yang inspiratif dan menyenangkan bagi pelajar SMP di Jabodetabek. Dilaksanakan pada September-Oktober 2021 dan diikuti oleh 50 peserta, program ini berupaya menjawab tantangan atas rendahnya minat anak muda Indonesia dalam mengenyam pendidikan teknik. Melalui program ini, siswa SMP dapat mempraktikkan secara langsung implementasi dari sains terapan sederhana, sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat mereka terhadap profesi insinyur.

**Capaian Kegiatan**
Ketertarikan peserta terhadap STEM (science, technology, engineering, and mathematics) meningkat dan pemahaman peserta terhadap tipe-tipe energi terbarukan meningkat secara signifikan.

**Kolaborator Kunci**
1. Wulan - Engineering For Kids Indonesia
2. Silvia Halim - Construction Director PT MRT Jakarta
3. Ratri Kartika Sari - engineer Tripatra 
4. Visca - engineer Tripatra
5. Rizki Amelia - Human Capital & Transformation Director Tripatra
6. Dhira Nandana - President Director & CEO Tripatra

**Testimoni**

*“Wawasan saya jadi lebih luas. Terlebih, saya dapat mengajukan pertanyaan dan mendengarkan pengalaman insinyur di lapangan. Program ini akan saya ingat selalu!”* **Amibel Amanda, SMPN 19 Depok**

*“Sains dalam kehidupan dapat membantu manusia dalam meningkatkan dan memanfaatkan sumber energi terbarukan yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia. [Program ini] menimbulkan rasa ingin tahu terhadap kondisi lingkungan alam, [dan keinginan] untuk mampu menjaga, merawat, mengelola, serta melestarikannya.”* **Muhammad Farabi Okyar, SMPN 131 Jakarta**


Indika Foundation and Tripatra designed an online program to promote an inspiring and fun engineering/engineering learning experience for junior high school students in Jabodetabek. Held in September-October 2021 and attended by 50 participants, this program seeks to answer the challenge of the low interest of young Indonesians in receiving technical education. Through this program, junior high school students can directly practice the implementation of simple applied science, which is expected to increase their interest in the engineering profession.

**Achievements of Activities**
Participants' interest in STEM (science, technology, engineering, and mathematics) increased and participants' understanding of types of renewable energy increased significantly.

**Key Collaborators**
1. Wulan - Engineering For Kids Indonesia
2. Silvia Halim - Construction Director of PT MRT Jakarta
3. Ratri Kartika Sari - Tripatra engineer
4. Visca - Tripatra engineer
5. Rizki Amelia - Tripatra's Human Capital & Transformation Director
6. Dhira Nandana - President Director & CEO of Tripatra

**Testimony**

*“My perspective is getting wider. What's more, I can ask questions and listen to the experience of engineers in the field. I will always remember this program!”* **Amibel Amanda, SMPN 19 Depok**

*“Science in life can help humans improve and utilize renewable energy sources that are useful for human survival. [This program] raises curiosity about the condition of the natural environment, [and a desire] to be able to maintain, care for, manage, and preserve it.”* **Muhammad Farabi Okyar, SMPN 131 Jakarta**








large_Tripatra Engineering for Teenagers.png

medium_Tripatra Engineering for Teenagers.png

small_Tripatra Engineering for Teenagers.png

thumbnail_Tripatra Engineering for Teenagers.png

Tripatra Engineering for Teenagers.png

Tripatra Engineering for Teenagers

Indika Foundation dan *toleransi.id* menjadi mitra United Nations Development Programme (UNDP) dalam mengimplementasikan program Preventing Violent Extremism through Promoting Tolerance and Respect for Diversity (PROTECT) yang dijalankan di empat negara di Asia, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand. 

Program PROTECT di Indonesia bertujuan membangun dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap ekstremisme berbasis kekerasan, melalui promosi toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman pada tingkat akar rumput, termasuk pemuda. Sepanjang 2019, Indika Foundation sebagai salah satu mitra UNDP di Indonesia merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan untuk mempromosikan toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman dengan pemuda sebagai sasaran utama, yaitu: Celoteh Toleransi, Workshop Narasi Toleransi, Jelajah Toleransi, Festival Keberagaman: Simfoni Toleransi, dan Aksi Toleransi. 

Program *youth camp* Jelajah Toleransi mempertemukan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda, serta memperkuat pengalaman dan kesadaran hidup di masyarakat yang multikultural sebagai upaya untuk menjaga toleransi di tengah keberagaman Indonesia. 

Terdiri oleh 50 mahasiswa dari 10 universitas yang berbeda, peserta dibagi menjadi lima kelompok untuk melakukan penjelajahan ke lima kota yang memiliki sejarah toleransi dan perdamaian yang tinggi, yaitu Ambon, Poso, Batu, Wonosobo, dan Pangandaran, dengan tujuan menggali serta menyebarkan cerita perdamaian dan toleransi yang mereka dapatkan di kota tersebut. Peserta juga menerima materi pengembangan keterampilan jurnalistik bersama TEMPO Institute dan Kok Bisa, materi pembuatan konten yang berdampak bersama Facebook Indonesia, dan materi komunikasi antarbudaya dan *mindfulness*. Selama melakukan penjelajahan, peserta membuat jurnal dan membagikan konten audio visual di media sosialnya masing masing.

**Capaian Kegiatan Jelajah Toleransi**
Lebih dari 500 konten dan 10 konten visual dibagikan melalui Instagram.
- Satu video bertema perdamaian, toleransi, dan keberagaman disebarkan melalui kanal KokBisa.
- Sebanyak 396 peserta di 10 kota di Indonesia terlibat dalam kegiatan kampanye “Aksi Toleransi” yang diselenggarakan oleh alumni Workshop Narasi Toleransi dan Jelajah Toleransi.
- Penerbitan buku berjudul “Mencari Cinta dan Toleransi Hingga Ujung Negeri” yang disusun oleh alumni Jelajah Toleransi dan Workshop Narasi Toleransi.



Indika Foundation and *toleransi.id* are partners with the United Nations Development Program (UNDP) in implementing the Preventing Violent Extremism through Promoting Tolerance and Respect for Diversity (PROTECT) program which is implemented in four countries in Asia, namely Indonesia, Malaysia, the Philippines and Thailand.

The PROTECT program in Indonesia aims to build and enhance community resilience against violent extremism, through the promotion of tolerance and respect for diversity at the grassroots level, including youth. Throughout 2019, the Indika Foundation as one of UNDP's partners in Indonesia designed and carried out various activities to promote tolerance and respect for diversity with youth as the main target, namely: Tolerance Talk, Tolerance Narrative Workshop, Tolerance Exploration, Diversity Festival: Symphony of Tolerance, and Action. Tolerance.

The *youth camp* program Exploring Tolerance brings together people from different backgrounds, and strengthens the experience and awareness of living in a multicultural society as an effort to maintain tolerance in the midst of Indonesia's diversity.

Consisting of 50 students from 10 different universities, participants were divided into five groups to explore five cities that have a history of high tolerance and peace, namely Ambon, Poso, Batu, Wonosobo, and Pangandaran, with the aim of exploring and spreading stories of peace and harmony. the tolerance they get in the city. Participants also received material for developing journalistic skills with the TEMPO Institute and Kok Bisa, material for creating impactful content with Facebook Indonesia, and material for intercultural communication and *mindfulness*. During the exploration, participants kept a journal and shared audio-visual content on their respective social media.

**Achievements of Tolerance Exploration Program**
More than 500 content and 10 visual content shared via Instagram.
- A video on the theme of peace, tolerance and diversity was distributed through the Kokbisa channel.
- A total of 396 participants in 10 cities in Indonesia were involved in the "Action Tolerance" campaign organized by alumni of the Tolerance Narrative Workshop and Tolerance Exploration.
- Publishing a book entitled "Seeking Love and Tolerance Until the End of the Country" which was compiled by alumni of the Tolerance Exploration and Tolerance Narrative Workshop.





large_PROTECT.png

medium_PROTECT.png

small_PROTECT.png

thumbnail_PROTECT.png

PROTECT.png

Youth Camp PROTECT

Indika Foundation bekerja sama dengan Interport menyelenggarakan pelatihan pendidikan karakter yang berfokus pada *critical thinking* dan *anti-bullying*.

Praktik perundungan masih kerap kita temukan di sekolah-sekolah di Indonesia. Namun, kemampuan guru untuk melakukan pendidikan karakter kepada siswa masih terbatas. Program “Pelatihan Pendidikan Karakter” adalah upaya kami untuk menekan angka perundungan di Indonesia. Kami berupaya membantu guru di Balikpapan dan Sorong untuk memahami cara-cara mencegah praktik perundungan dan cara pengajaran *21st century skills* kepada  siswa, seperti pengajaran karakter positif (empati dan toleransi) hingga pola pikir kritis.

Peserta program ini terdiri dari 44 guru dan dilaksanakan di:
SD Kariangau, Balikpapan, Kalimantan Timur pada September 2021, 
Sorong, Papua Barat pada November 2021.

**Testimoni**
*“Setelah mengikuti pelatihan, saya jadi paham pentingnya membuat komitmen bersama siswa dan saya ingin mengembangkan pola pikir kritis pada siswa dalam proses pembelajaran di kelas.”* **Sari Kurniyati, S.Pd, SDN 013 Balikpapan Barat**

**Capaian Kegiatan**
Bertambahnya pemahaman guru mengenai:
- hubungan antara pendidikan karakter dan berpikir secara kritis;
- tipe-tipe perundungan;
- cara mengajarkan pola berpikir kritis di kelas.

**Kolaborator Kunci**
Emilia Tiurma Savira - Senior Planning, Impact, and Development Officer Indika Foundation






Indika Foundation in collaboration with Interport organizes character education training that focuses on *critical thinking* and *anti-bullying*.

The practice of bullying is still often found in schools in Indonesia. However, the ability of teachers to conduct character education to students is still limited. The “Character Education Training” program is our effort to reduce the number of bullying in Indonesia. We seek to help teachers in Balikpapan and Sorong to understand ways to prevent bullying practices and how to teach *21st century skills* to students, such as teaching positive characters (empathy and tolerance) to critical thinking.

Participants in this program consist of 44 teachers and are implemented in:
Kariangau Elementary School, Balikpapan, East Kalimantan in September 2021
Sorong, West Papua in November 2021.

**Testimony**

*“After attending the training, I came to understand the importance of making commitments with students and I want to develop a critical mindset in students in the learning process in class.”* **Sari Kurniyati, S.Pd, SDN 013 Balikpapan Barat**

**Achievements of Activities**
Increased understanding of teachers regarding:
- the relationship between character education and critical thinking;
- types of bullying;
- how to teach critical thinking patterns in class.

**Key Collaborators**
Emilia Tiurma Savira - Senior Planning, Impact and Development Officer Indika Foundation





large_Interport Pelatihan Pendidikan Karakter.png

medium_Interport Pelatihan Pendidikan Karakter.png

small_Interport Pelatihan Pendidikan Karakter.png

thumbnail_Interport Pelatihan Pendidikan Karakter.png

Interport Pelatihan Pendidikan Karakter.png

Interport Pelatihan Pendidikan Karakter

Limited Distribution Grant adalah bentuk dukungan nyata dari Indika Foundation kepada **alumni *grantees*** terpilih untuk memperluas dan memperdalam dampak terhadap inisiatif perdamaian di Indonesia melalui peningkatan kapasitas dan pendanaan. 

Program Limited Distribution Grant merupakan lanjutan dari program Indika Foundation Social Impact Incubator. Jika Indika Foundation Social Impact Incubator membuka peluang secara terbuka bagi organisasi/komunitas untuk mendaftarkan diri, maka organisasi/komunitas peserta Limited Distribution Grant perlu mendapatkan undangan secara eksklusif. Indika Foundation hanya memberikan undangan kepada alumni *grantee* Indika Foundation dengan inisiatif program yang kredibel, potensial, serta memenuhi kriteria penilaian tertentu.

Para alumni *grantee* yang mendapatkan undangan akan mengikuti rangkaian seleksi lanjutan yang ketat, meliputi Call For Proposal eksklusif dan mempresentasikan ide inisiatif terbaiknya di kegiatan Showcase Day. 

Showcase Day merupakan ajang unjuk ide (*idea pitching*) peserta Limited Distribution Grant di hadapan para juri. Ini merupakan bagian penilaian yang krusial di mana Indika Foundation akan memilih beberapa peserta dengan presentasi dan inovasi program terbaik untuk mendapatkan *grant*. Kegiatan ini juga terbuka untuk umum dengan harapan agar organisasi/komunitas lain dapat belajar dari pengalaman, inovasi, dan rekam jejak dari peserta Limited Distribution Grant.

Tahun ini, Showcase Day akan digelar secara daring (*online*) pada **2 Mei 2023, pukul 10.00-12.30 WIB**. Publik dapat mendaftarkan diri melalui [**bit.ly/IF-ShowcaseDay-LDG**](https://bit.ly/IF-ShowcaseDay-LDG).

large_Social Value-100.jpg

medium_Social Value-100.jpg

small_Social Value-100.jpg

thumbnail_Social Value-100.jpg

Social Value-100.jpg

Indika Foundation Limited Distribution Grant

ICSF Increases the Capacity and Synergy of Civil Society in Indonesia to Strengthen Inclusive Democracy 

Jakarta, 14 June 2023–Indika Foundation supports and co-organizes the 2023 Indonesian Civil Society Forum (ICSF) with USAID MADANI. Held on 14-15 June 2023 in Jakarta, ICSF is an annual national forum to share knowledge and support issues related to civil society in Indonesia. This year, ICSF raised the theme "Maintaining Civil Society in Indonesia: Civil Space, Capacity and Sustainability". 

This activity provided an opportunity for 250 representatives of Civil Society Organizations (CSOs), government, academics, media, and development partners, to sit together to discuss the important role of CSOs in promoting peace and social diversity, as well as ensuring the representation of marginalized groups in public policy. 

Minister of Law and Human Rights (HAM) of the Republic of Indonesia, Yasonna H. Laoly, who was present as the keynote speaker, said, "Civil society has an important role in influencing government policies and actions so that they are more reflective of the needs of society, including the poor, vulnerable, and less powerful."

Jeff Cohen, Director of USAID Indonesia, also emphasized the important role of CSOs, "Civil society plays an important role in building and maintaining a diverse and tolerant Indonesian society." This spirit became the basis for the emergence of the ICSF initiative. 

This foundation is also in line with the vision of the Indika Foundation. Azis Armand, CEO of Indika Foundation, stated, “Indika Foundation was born to help ensure that Indonesia remains a home for everyone regardless of background. We are committed to promoting inclusive democracy in Indonesia. For this reason, we also invite all of us to work together and synergize. ICSF 2023 is one of the concrete steps to realize this ideal ambition. We hope that ICSF can be a moment to strengthen the capacity and synergy of civil society in Indonesia. We believe civil society has the transformative power to encourage and strengthen inclusive democracy in Indonesia," concluded Azis.

Also present as the keynote speaker at the panel discussion session is Managing Director of the Indika Foundation, Ayu Kartika Dewi. She said, "We believe that CSOs play an important role and have an extraordinary impact in realizing peaceful and inclusive democracy in Indonesia. However, we realize that there are still many challenges faced by CSOs in Indonesia, in terms of capacity, knowledge and funding constraints. Therefore, we hope that ICSF can contribute to answering these challenges. In particular, considering that our values and enthusiasm align with ICSF's goals, namely building an inclusive Indonesian democracy, supporting peace efforts, and strengthening social cohesion." 

Therefore, at ICSF 2023, Indika Foundation also directly hosted a group discussion on the topic "Becoming a Complete Leader: Transforming Peace within the Self and the Organization." Through this discussion, CSO leaders are invited to explore the concept of "leaders with a peaceful mind", so that they are able to carry out their roles more effectively, produce better programs, and create a harmonious environment. 

The first day of the ICSF 2023 series of activities is closed with a Networking Dinner providing a space for delegates to network and open up avenues for cooperation with each other. Some of the invited guests who attended included Ford Foundation Indonesia Regional Director Alexander Irwan, Ashoka Southeast Asia Regional Director Nani Zulminarni, Amnesty International Indonesia Executive Director Usman Hamid, and SAFENet Executive Director Damar Juniarto. 

Indika Foundation's involvement in ICSF 2023 confirms Indika Foundation's great vision and credibility in supporting and strengthening the capacity of Indonesian CSOs which have a positive influence on the democratic process. Since 2017, Indika Foundation has focused on building peace and inclusive education in Indonesia through capacity building programs for CSOs. As a form of commitment to strengthen CSOs, Indika Foundation is also a development partner for CSOs engaged in individual empowerment and creating space for interaction between groups. Indika Foundation has provided capacity building to more than 200 CSOs in 32 provinces in Indonesia, distributed grants to 80 CSOs, and reached more than 100 thousand beneficiaries.


**ICSF Tingkatkan Kapasitas dan Sinergi Masyarakat Sipil di Indonesia untuk Memperkuat Demokrasi yang Inklusif di Indonesia**

Jakarta, 14 Juni 2023 – Indika Foundation mendukung dan turut menjadi penyelenggara Indonesian Civil Society Forum (ICSF) 2023 bersama USAID MADANI. Diselenggarakan pada 14-15 Juni 2023 di Jakarta, ICSF merupakan forum nasional tahunan untuk berbagi pengetahuan dan mendukung isu-isu terkait masyarakat sipil di Indonesia. Tahun ini, ICSF mengangkat tema “Mempertahankan Masyarakat Sipil di Indonesia: Ruang Sipil, Kapasitas, dan Keberlanjutan”. Kegiatan ini membuka kesempatan bagi 250 perwakilan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), pemerintah, akademisi, media, dan mitra pembangunan, untuk duduk bersama mendiskusikan peran penting OMS dalam mempromosikan perdamaian dan keberagaman sosial, serta memastikan keterwakilan kelompok marjinal dalam kebijakan publik. 

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Republik Indonesia, Yasonna H. Laoly, yang hadir menjadi keynote speaker, menyampaikan, “Masyarakat sipil memiliki peran penting dalam memengaruhi kebijakan dan aksi pemerintah agar lebih reflektif terhadap kebutuhan masyarakat, termasuk masyarakat miskin, rentan, dan kurang berdaya.” 

Jeff Cohen, Direktur USAID Indonesia, turut menekankan peran penting OMS, “Masyarakat sipil berperan penting dalam membangun dan mempertahankan masyarakat Indonesia yang beragam dan toleran.” Semangat ini menjadi landasan tercetusnya inisiatif ICSF.

Landasan tersebut juga selaras dengan visi Indika Foundation. Azis Armand, CEO Indika Foundation, menyatakan, “Indika Foundation lahir untuk membantu menjaga agar Indonesia tetap menjadi rumah bagi semua orang tanpa membedakan latar belakang. Kami berkomitmen mendorong demokrasi Indonesia yang inklusif. Untuk itu, kami juga mengajak kita semua untuk bergotong-royong dan bersinergi. ICSF 2023 adalah salah satu langkah konkret mewujudkan cita-cita ini,”

> “Kami berharap, ICSF dapat menjadi momen menguatnya kapasitas dan sinergitas masyarakat sipil di Indonesia. Sebab, kami percaya bahwa masyarakat sipil punya kekuatan transformatif untuk mendorong dan memperkuat demokrasi yang inklusif di Indonesia,” tutup Azis.

![CEO Indika Foundation, Azis Armand, menyampaikan pidatonya pada ICSF 2023](/uploads/CEO_Indika_Foundation_Azis_Armand_5e32757607.jpg)
*CEO Indika Foundation, Azis Armand, menyampaikan pidatonya pada ICSF 2023.*

<br>

Turut hadir menjadi keynote speaker pada sesi diskusi panel, Managing Director Indika Foundation, Ayu Kartika Dewi, menyampaikan, “Kami percaya bahwa OMS berperan penting dan membawa dampak yang luar biasa dalam mewujudkan demokrasi yang damai dan inklusif di Indonesia. Namun, kami menyadari masih banyak tantangan yang dihadapi OMS di Indonesia, baik dari segi kapasitas, pengetahuan, hingga kendala pendanaan. Maka dari itu, kami berharap ICSF dapat berkontribusi menjawab tantangan-tantangan tersebut. Khususnya, mengingat nilai dan semangat kami selaras dengan tujuan ICSF, yaitu membangun demokrasi Indonesia yang inklusif, mendukung upaya perdamaian, serta memperkuat kohesi sosial.”

![Managing Director Indika Foundation, Ayu Kartika Dewi, pada sesi diskusi panel ICSF 2023](/uploads/Ayu_Kartika_Dewi_88102eab47.jpeg)
Managing Director Indika Foundation, Ayu Kartika Dewi, pada sesi diskusi panel ICSF 2023.

<br>

Oleh karena itu, pada ICSF 2023, Indika Foundation juga memandu langsung diskusi kelompok dengan topik “Menjadi Pemimpin Seutuhnya: Mentransformasikan Perdamaian dalam Diri dan Organisasi”. Melalui diskusi ini, para pemimpin OMS diajak menyelami konsep “leaders with peaceful mind”, sehingga mampu menjalankan peran dengan lebih efektif, menghasilkan program yang lebih baik, dan menciptakan iklim yang harmonis.

![Suasana Diskusi Kelompok Menjadi Pemimpin Seutuhnya: Mentransformasikan Perdamaian dalam Diri dan Organisasi](/uploads/ICSF_2023_247_1fd0654a36.jpg)
Suasana Diskusi Kelompok Menjadi Pemimpin Seutuhnya: Mentransformasikan Perdamaian dalam Diri dan Organisasi.

<br>

Rangkaian kegiatan ICSF 2023 hari pertama ditutup dengan Networking Dinner yang memberikan ruang bagi para delegasi untuk berjejaring dan membuka jalan kerja sama antara satu sama lain. Beberapa tamu undangan yang hadir antara lain Direktur Regional Ford Foundation Indonesia Alexander Irwan, Direktur Regional Ashoka Asia Tenggara Nani Zulminarni, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid,  dan Direktur Eksekutif SAFENet Damar Juniarto.

Keterlibatan Indika Foundation di ICSF 2023 mengukuhkan visi besar dan kredibilitas Indika Foundation dalam mendukung dan memperkuat kapasitas OMS Indonesia yang berpengaruh positif terhadap proses demokrasi. 

Sejak 2017, Indika Foundation sudah memiliki fokus dalam membangun perdamaian dan pendidikan inklusi di Indonesia melalui program-program peningkatan kapasitas untuk OMS. Sebagai bentuk komitmen dalam memperkuat OMS, Indika Foundation juga menjadi mitra pembangunan bagi OMS yang bergerak dalam pemberdayaan individu dan penciptaan ruang interaksi antar-kelompok. Indika Foundation telah memberikan peningkatan kapasitas kepada lebih dari 200 OMS di 32 provinsi di Indonesia, menyalurkan hibah untuk 80 OMS, dan menjangkau 100 ribu lebih penerima manfaat.


Pembukaan Indonesia Civil Society Forum (ICSF) 2023

large_Foto 1.jpg

medium_Foto 1.jpg

small_Foto 1.jpg

thumbnail_Foto 1.jpg

Pembukaan Indonesia Civil Society Forum (ICSF) 2023.jpg

Encouraging Inclusive Democracy, Indika Foundation Holds Indonesia Civil Society Forum (ICSF) 2023 with USAID MADANI

Dorong Demokrasi Inklusif, Indika Foundation Selenggarakan Indonesia Civil Society Forum (ICSF) 2023 Bersama USAID MADANI

Yogyakarta, 27 Oktober 2023 - Indika Foundation menyelenggarakan program nasional Salaam Summit yang merupakan program pelatihan kepemimpinan bagi 100 muslim muda (17-24 tahun). Mereka dilatih agar mampu menerapkan perilaku damai serta memimpin diri dan/atau orang lain berlandaskan Islam Wasathiyah (Islam berkeadilan), tasamuh (toleransi), ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia), dan mantiq (logika). Program pelatihan itu diselenggarakan melalui serangkaian Zoom Class dan Kelas Offline di Yogyakarta. Lima peserta terbaik dalam Salaam Summit akan mendapatkan dana hibah untuk melaksanakan aksi keberlanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Program Director Indika Foundation, Muhammad Abie Zaidannas Suhud, menyampaikan alasan terselenggaranya Salaam Summit, “Muslim Muda sebagai mayoritas harus jadi motor utama dalam membina kedamaian di Indonesia. Maka dari itu, Indika Foundation berinisiatif untuk mengasah kemampuan pemimpin masa depan yang amanah, toleran, empatik dan adil.” 

Ia melanjutkan, “Kami berharap dapat mencetak pemimpin muslim muda Indonesia yang mampu mewujudkan Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin di Indonesia dan mendorong nilai-nilai perdamaian untuk semua anggota masyarakat, tanpa memandang latar belakang agama, suku, atau etnis.”

Dr. (H.C.) KH. Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama RI 2014-2019, turut menjadi salah satu pengisi Kelas Offline dan Zoom Class pada sesi Islam Wasathiyah dalam Salaam Summit 2023. Pak LHS, begitu beliau biasa disapa, menekankan pentingnya Islam Wasathiyah. “Wasath berarti di tengah, moderat, tidak berlebihan dan tidak berkekurangan. Pemimpin muslim yang menerapkan prinsip Islam Wasathiyah adalah pemimpin yang adil dan berimbang. Ia tidak akan memaksa. Ia akan memberi ruang bagi yang lain untuk berbeda pendapat, menghargai pilihan keyakinan dan pandangan hidup seseorang.”

Selain kelas mengenai Islam Wasathiyah, Salaam Summit 2023 juga menghadirkan lima Zoom Class dan enam Kelas Offline lainnya dengan topik yang beragam. Sebanyak 24 tokoh nasional dan internasional juga tercatat menjadi pengisi kelas Salaam Summit, di antaranya General Secretary of the Muslim Council of Elders (MCE) H. E. Judge Mohamed Abdelsalam, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid, Direktur PeaceGeneration Indonesia Irfan Amalee, Country Director Search for Common Ground (SFCG) Indonesia Bahrul Wijaksana, Pendiri Institut Mosintuwu Lian Gogali, Managing Director Indika Foundation Ayu Kartika Dewi, hingga Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Siti Rofiah.

Mengisi Kelas Offline mengenai pengembangan karakter dan kompetensi memimpin, Siti Rofiah menyampaikan pentingnya kemampuan berpikir kritis bagi seorang pemimpin. Siti menuturkan, “Seringkali, kita menyimpulkan suatu hal tanpa melihat fakta. Berpikir kritis melatih kita untuk mencerna, berefleksi, dan membuat keputusan yang berkualitas sehingga adil bagi semua pihak.”

Siti mengungkapkan antusiasmenya terhadap program Salaam Summit, “Saya sangat antusias terlibat di Salaam Summit karena program ini memberikan ruang bagi orang muda untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang esensial tersebut.”

Tak hanya Siti, kolumnis dan aktivis Kalis Mardiasih juga ikut berpartisipasi dalam Salaam Summit 2023 sebagai moderator. Kalis memuji hadirnya ruang bagi orang muda untuk memahami toleransi. “Melalui Salaam Summit, orang muda dapat belajar bahwa tasamuh (toleransi) bukan sekadar membiarkan perbedaan, tetapi lebih tentang sifat proaktif dari semua pihak yang terlibat untuk saling memahami dan peduli.”

Salam Summit 2023 ini juga mendapatkan dukunganperhatian dari Muslim Council of Elders (MCE) adalah badan independen lintas negara yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat muslim yang damai, moderat, dan toleran. General Secretary of the Muslim Council of Elders (MCE) H. E. Judge Mohamed Abdelsalam melalui video yang disampaikan dalam acara ini mengungkapkan pandangannya tentang Indonesia, “Indonesia akan senantiasa menjadi sumber inspirasi bagi banyak bangsa dalam hal koeksistensi, saling mencintai, persaudaraan manusia, dan akan terus menumbuhkan spirit penuh harapan. Masyarakat Indonesia dikenal dengan sikap rendah hati, suka berbuat baik, dan terbuka untuk semua kalangan. Karena itulah di Indonesia tumbuh berbagai agama, budaya, dan masyarakat.”


Rangkaian Kelas Offline Salaam Summit diakhiri dengan kunjungan peserta ke dua lokasi kelompok keagamaan berbeda. Kedua lokasi tersebut adalah lokasi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma dan Seminari Kolese St. Ignatius Yogyakarta. Melalui kunjungan ini, peserta akan mendapatkan pengalaman dialog antariman dan antarbudaya  yang dapat memperkaya wawasannya terkait keberagaman di Indonesia. Ini sejalan dengan misi Indika Foundation yakni mewujudkan Indonesia yang damai dengan menciptakan ruang interaksi antarkelompok berbeda.

Sejak 2017, Indika Foundation sudah memiliki fokus dalam membangun perdamaian di Indonesia melalui program-program peningkatan kapasitas untuk orang muda. Sebagai wujud nyata komitmennya, hingga kini Indika Foundation telah mendampingi lebih dari 60 sekolah dan universitas dengan 11.000 penerima manfaat dalam proyek pendidikan perdamaian. 

large_PressCon Salaam Summit 2023

medium_PressCon Salaam Summit 2023

small_PressCon Salaam Summit 2023

thumbnail_PressCon Salaam Summit 2023

PressCon Salaam Summit 2023

Indika Foundation Trains 100 Young Muslim Leaders through Salaam Summit 2023

Indika Foundation Latih 100 Pemimpin Muslim Muda Lewat Salaam Summit 2023

**Jakarta, 12 Desember 2023**

Indika Foundation kembali menyelenggarakan acara perjumpaan nasional bertajuk Grantee Learning Session (GLS) 2023 untuk organisasi dan komunitas penerima hibah (grantee) dari Indika Foundation. Diselenggarakan pada 12-13 Desember 2023 di Hotel Sofyan Cut Meutia, acara ini mengundang para pemimpin dari 18 organisasi dan komunitas grantee Indika Foundation Impact Grant 2023. Acara ini membuka kesempatan bagi grantee dan para mitra Indika Foundation untuk saling belajar, berjejaring, berkolaborasi, dan berdiskusi menentukan langkah strategis terkait program sosial masing-masing di masa depan.

Pada pembukaan acara, CEO Indika Foundation, Azis Armand, menyampaikan aspirasinya terkait GLS 2023, “Selama 2023, Indika Foundation telah berkolaborasi melalui pemberian dana hibah kepada 18 organisasi dan komunitas grantee di 9 provinsi. Berkat kolaborasi ini, kami telah menciptakan dampak positif bagi lebih dari 2.000 penerima manfaat,”

“Lebih daripada itu, Indika Foundation percaya bahwa dampak positif bagi Indonesia harus lebih dari sekadar angka dan statistik. Dampak positif yang diberikan harus memberikan perubahan nyata dan dapat diukur serta dievaluasi untuk memastikan inovasi dan inisiatif yang terbangun benar-benar dapat mengatasi masalah nyata. Kami berharap kegiatan GLS 2023 ini menjadi ruang kolaborasi yang tepat bagi ekosistem dan Indika Foundation untuk berbagi pembelajaran agar memastikan dampak baik yang lebih efektif di masa depan.”

![Azis Armand dan Ayu Kartika Dewi pada kegiatan Grantee Learning Session (GLS) 2023](/uploads/GLS_2023_2_465dd3af10.png)


Selaras dengan sambutan Azis, GLS 2023 dirancang secara interaktif agar memberikan ruang bagi organisasi dan komunitas grantees mempresentasikan dampak positif dari program-program yang telah dijalankan dan membagikan poin-poin pembelajaran yang berharga bagi seluruh pihak yang hadir. Grantees juga berkesempatan mempelajari topik Social Return of Investment (SROI) untuk programnya.

Managing Director Indika Foundation, Ayu Kartika Dewi, mengamini pernyataan tersebut, “Indika Foundation punya aspirasi membangun ekosistem yang memungkinkan organisasi dan komunitas yang dipimpin oleh orang muda untuk mampu mengambil peran aktif menyelesaikan masalah di lingkarannya masing-masing. Kami percaya, organisasi dan komunitas hebat ini punya kearifan lokal yang bisa menjadi sumber kekuatan solusi. Namun, inisiatifnya sering terhambat kapasitas pengelolaan program dan pendanaan. Indika Foundation Impact Grant adalah ikhtiar kami untuk memperluas dampak dengan memberikan hibah dan peningkatan kapasitas kepada organisasi dan komunitas luar biasa tersebut.”

Salah satu organisasi grantee Indika Foundation yang hadir pada GLS 2023 adalah Sobat Eksplorasi Anak Dalam (SEAD) Jambi. Reny Ayu Wulandari, Founder dan Director SEAD Jambi, menyampaikan dampak signifikan dari keikutsertaan SEAD Jambi dalam program Indika Foundation Impact Grant 2023.
“Dari segi organisasi, kami menjadi lebih terstruktur. Berkat Indika Foundation Impact Grant 2023, kami jadi tahu bagaimana program management yang baik, bagaimana membuat logframe, ketercapaian outcome, hingga budgeting. Ini semua berguna banget untuk program-program kami ke depan. Soalnya, kami baru 3 tahun legal dan butuh banget ilmu tentang bagaimana mengelola organisasi terutama di bidang sosial.”

Lain halnya dengan Reny, Program Manager Lingkar Sosial Indonesia, Fira Fitri Fitria, menyorot bagaimana GLS 2023 memberikan ruang bagi grantee merayakan dampak dan potensi kolaborasi di kemudian hari. “Di GLS, kami amat menantikan sesi networking sebab kami ingin mendapatkan kesempatan kolaborasi dengan lebih banyak stakeholder. Kami berharap dapat memperkenalkan program-program kami terutama yang terkait dengan isu disabilitas dan inklusivitas agar makin banyak praktik-praktik baik di masa depan.”

![Suasana sesi networking Grantee Learning Session 2023](/uploads/GLS_2023_5_ce42e8d2aa.png)


Ajang networking (jejaring) GLS 2023 memang menjadi sesi yang paling ditunggu para tamu undangan. Sebab, GLS 2023 turut mengundang belasan mitra pembangunan dan direksi Indika Energy. Beberapa pihak yang hadir di antaranya Chief of Party USAID MADANI, Hans Antlov; Senior Program Manager Search for Common Ground, Anis Hamim; Learning Specialist GoTo Impact Foundation, Zanya Nai Rana; dan Executive Director ASEAN Institute for Peace and Reconciliation, I Gusti Agung Wesaka Puja. Harapannya, acara ini dapat membuka peluang-peluang kolaborasi baru antar-pihak yang hadir.

Kegiatan GLS 2023 menunjukkan komitmen Indika Foundation dalam mengembangkan ekosistem perdamaian di Tanah Air. Sejak 2017, Indika Foundation sudah memiliki fokus dalam membangun perdamaian dan pendidikan inklusi di Indonesia melalui program-program peningkatan kapasitas untuk organisasi dan komunitas masyarakat sipil. Indika Foundation telah memberikan peningkatan kapasitas kepada lebih dari 388 organisasi dan komunitas di 31 provinsi di Indonesia, menyalurkan hibah untuk 103 organisasi dan komunitas, dan menjangkau 100 ribu lebih penerima manfaat.


Foto bersama grantee, staf, mitra pembangunan, dan dewan direksi Indika Foundation

large_GLS-2023-3

medium_GLS-2023-3

small_GLS-2023-3

thumbnail_GLS-2023-3

GLS-2023-3

Indika Foundation Holds Grantee Learning Session (GLS) 2023 to Celebrate Reaching 2.000 Beneficiaries

Jangkau 2.000 Penerima Manfaat, Indika Foundation Gelar Grantee Learning Session (GLS) 2023

Educational Content

Konten Edukasi

Bagaimana sebuah organisasi dapat mengkomunikasikan dampak beserta capaian-capaian dari sebuah program yang mereka jalankan kepada para pihak terlibat dan berkepentingan (*stakeholders*)?

Membuat laporan dampak (*impact reporting*) yang berbasis bukti (*evidence-based*) berperan besar untuk mendemonstrasikan kinerja sebuah organisasi.

Setiap stakeholder, pemberi dana, partner, hingga penerima manfaat akan berpegang pada laporan dampak sebuah organisasi untuk dapat mengukur performa hingga efektivitas setiap proyek atau program yang dilakukan oleh organisasi tersebut.

Laporan dampak juga berguna bagi internal organisasi sebagai dasar untuk mengambil sebuah keputusan dan melakukan evaluasi.

**Apa itu laporan dampak?**

Laporan dampak adalah dokumen yang mendemonstrasikan capaian dari program-program yang telah dilaksanakan oleh organisasimu, berdasarkan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Secara umum, sebuah laporan dampak akan terdiri dari perkembangan dan capaian setiap program yang sebuah organisasi jalankan, dana yang dikeluarkan, temuan utama, kesimpulan, hingga rekomendasi berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi (M&E) yang telah dijalankan.

Dengan melakukan pelaporan, maka sebuah organisasi dapat menyajikan data beserta hasil analisis sebagai bentuk bukti keberjalanan seluruh program dalam organisasi. Laporan ini juga dapat menjadi bentuk transparansi dan akuntabilitas organisasi yang berguna untuk meningkatkan rasa kepercayaan stakeholders, pemberi dana, hingga masyarakat umum.

**Apa pentingnya membuat laporan dampak?**

Bagi sebuah organisasi nirlaba, membuat laporan dampak bisa jadi sebuah tantangan tersendiri. Laporan dampak akan menjadi basis untuk sebuah organisasi mengambil keputusan yang bersifat data-driven, dan oleh karena itu penting untuk membuat laporan yang bersifat *evidence-based.*

Laporan dampak setidaknya akan membantu sebuah organisasi untuk menjawab tiga pertanyaan berikut: siapa target penerima dampak dan bagaimana sebuah program berdampak? Bagaimana dan seberapa besar perubahan itu terjadi? Apakah sebuah organisasi dapat mengklaim mereka telah berkontribusi untuk menciptakan dampak?

Laporan dampak akan mendemonstrasikan secara akurat dampak dari keberjalanan sebuah program. Laporan ini akan membantu organisasi, utamanya nirlaba, untuk menunjukkan hasil kerja mereka kepada audiens dari berbagai latar belakang, seperti relawan, donor, dan lainnya.

**Kapan laporan dampak harus dibuat?**

Sebuah organisasi dapat membuat laporan dampak setiap minggu (*weekly*), setiap bulan (*monthly*), setiap triwulan (*quarterly*), ataupun setiap tahun (*annually*).

Laporan yang bersifat *weekly* dan *bi-weekly* umumnya bertujuan untuk memberikan update kepada sejumlah stakeholders dan tim internal terkait keberjalanan program. Laporan ini dibuat secara ringkas dan tidak berfokus melaporkan capaian utama yang diraih sebuah program.

Sementara, laporan yang bersifat monthly sampai annually umumnya dibuat dengan target audiens lebih luas, termasuk partner, pemberi dana, hingga masyarakat luas. Untuk itu, laporan ini akan dibuat dengan lebih komprehensif dan mencantumkan lebih banyak detail terkait input setiap program, aktivitas, keluaran, lessons learned, rekomendasi, dan lainnya.

**Apa saja komponen dalam sebuah laporan dampak?**

Pada dasarnya, bentuk dan komponen sebuah laporan dampak akan berbeda untuk setiap organisasi—bergantung pada kebutuhan dan karakteristik organisasi itu sendiri. Namun, berikut hal-hal dasar yang perlu kamu cantumkan dalam laporan dampak sebuah organisasi adalah termasuk:

1. Latar belakang setiap program – deskripsikan setiap program yang telah organisasimu laksanakan.
2. Tujuan utama – identifikasi indikator untuk mencapai tujuan program. Indikator mesti bersifat relevan, dapat diukur, dan dapat dilaporkan.
3. Strategi untuk mencapai tujuan beserta indikator capaian.
4. Metode pengumpulan dan pengolahan data.
5. Capaian atau perubahan yang telah diraih.
6. Rekomendasi.

**Bagaimana cara untuk menyiapkan laporan dampak berbasis data?**

Kamu bisa memanfaatkan berbagai kerangka metode untuk menentukan indikator dan menyusun strategi. Salah satunya, *Theory of Change* (ToC). Berdasarkan ToC, setiap program perlu menjawab poin-poin berikut:

1. Dampak – Apa tujuan jangka panjang program?
2. Hasil – Apa tujuan jangka menengah program?
3. Keluaran – Apa tujuan jangka pendek program?
4. Aktivitas – Apa saja hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan?
5. Masukan (input) – Apa saja sumber daya (*resources*) yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas?

Kedua, organisasimu perlu mengumpulkan data terkait dampak yang dapat bersumber dari:

1. System data – Kamu dapat memanfaatkan data pengelolaan dana untuk mengukur hasil. Meskipun begitu, data ini juga mesti dilengkapi dengan data dari stakeholder untuk memahami perubahan yang terjadi.
2. Stakeholder data – Kamu bisa mendapatkan informasi tentang bagaimana sebuah program berdampak terhadap pihak-pihak bersangkutan dengan melakukan survei. Metode survei dapat dilakukan lewat bentuk wawancara, survei secara daring, dan bentuk-bentuk lain—menyesuaikan dengan kebutuhan dan situasi sebuah program dan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Untuk pertanyaan survei, kamu bisa mengacu pada Five Dimensions of Impact: Who, What, How Much, Contribution, and Risk.
3. Data eksternal – Kamu juga dapat memanfaatkan data-data dari sumber eksternal, seperti dari lembaga penelitian, pemerintah, dan lainnya. Data eksternal ini umumnya akan jadi data sekunder yang akan membantu melengkapi hasil laporan organisasimu (menjadikannya lebih holistik).
4. Data testimoni – Kamu bisa mengutip testimoni setiap orang yang menerima manfaat dari program. Testimoni-testimoni ini akan membantu meningkatkan kepercayaan dan membangun kredibilitas terhadap organisasimu.

Ketiga, mengolah dan menganalisis data. Kamu akan mendapatkan gambaran tentang efektivitas dan seberapa besar dampak yang dihasilkan berdasarkan data yang telah diolah dan dianalisis. Hasil insights yang bagus dan mudah dipahami juga akan menarik minat audiens dan membantu mereka memahami urgensi dari program yang dijalankan organisasimu.

Keempat, kesimpulan. Di sini, kamu bisa berbicara tentang pelajaran berharga yang organisasi kamu ambil setelah melaksanakan serangkaian program, beserta rekomendasi untuk menjadi lebih baik lagi ke depannya.

**Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum membuat laporan dampak?**

Berdasarkan panduan dari UN World Food Programme, sebuah organisasi perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini sebelum membuat laporan dampak.

1. Pastikan tujuan pelaporan jelas. Kamu bisa mencantumkan deskripsi latar belakang kebutuhan pembuatan laporan dan rencana penggunaannya di bagian pengantar laporan.
2. Pastikan informasi yang akan disampaikan bersifat akurat, utuh, relevan, dan mudah dimengerti.
3. Pastikan kamu tahu target audiens atau pihak yang akan membaca laporan ini. Dengan begitu, kamu dapat menjahit isi laporan sesuai dengan kebutuhan mereka.
4. Konsistensi adalah kunci. Konsistensi akan memudahkan pembaca untuk melakukan perbandingan, melacak keberjalanan program sesuai dengan indikator dan target, dan lainnya.
5. Pastikan laporan dibuat dengan ringkas. Begitu pula dengan layout-nya laporan yang mesti rapi dan konsisten.
6. Fokus laporan adalah hasil dan pencapaian organisasi, dan bagaimana sumber daya dialokasikan untuk mencapai tujuan sebuah program.
7. Pastikan untuk memasukkan sumber data dan metode pengumpulan data.
8. Hindari jargon yang rumit atau bertele-tele. Tulis laporan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
9. Manfaatkan grafik, tabel, angka, foto untuk memudahkan audiens memahami hasil temuan atau pengolahan data.
10. Cantumkan referensi sumber.
11. Cantumkan daftar halaman untuk laporan dengan panjang lebih dari 5 halaman.
12. Hindari memasukkan hasil laporan yang tidak dibutuhkan dan berlebihan. Pastikan pelaporanmu cost effective.
13. Terbukalah dengan masukan. Pastikan kamu mencantumkan alamat email organisasi, alamat kantor, atau nomor telepon sehingga audiens dapat mengirimkan masukan terkait hasil laporan.


large_WhatsApp Image 2022-08-26 at 09.02.38.jpeg

medium_WhatsApp Image 2022-08-26 at 09.02.38.jpeg

small_WhatsApp Image 2022-08-26 at 09.02.38.jpeg

thumbnail_WhatsApp Image 2022-08-26 at 09.02.38.jpeg

WhatsApp Image 2022-08-26 at 09.02.38.jpeg

Kiat-kiat Membuat Laporan Dampak untuk Organisasi Nirlaba

Yogyakarta, 27 Oktober 2023 - Indika Foundation menyelenggarakan program nasional Salaam Summit yang merupakan program pelatihan kepemimpinan bagi 100 muslim muda (17-24 tahun). Mereka dilatih agar mampu menerapkan perilaku damai serta memimpin diri dan/atau orang lain berlandaskan Islam Wasathiyah (Islam berkeadilan), tasamuh (toleransi), ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia), dan mantiq (logika). Program pelatihan itu diselenggarakan melalui serangkaian Zoom Class dan Kelas Offline di Yogyakarta. Lima peserta terbaik dalam Salaam Summit akan mendapatkan dana hibah untuk melaksanakan aksi keberlanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Program Director Indika Foundation, Muhammad Abie Zaidannas Suhud, menyampaikan alasan terselenggaranya Salaam Summit, “Muslim Muda sebagai mayoritas harus jadi motor utama dalam membina kedamaian di Indonesia. Maka dari itu, Indika Foundation berinisiatif untuk mengasah kemampuan pemimpin masa depan yang amanah, toleran, empatik dan adil.” 

Ia melanjutkan, “Kami berharap dapat mencetak pemimpin muslim muda Indonesia yang mampu mewujudkan Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin di Indonesia dan mendorong nilai-nilai perdamaian untuk semua anggota masyarakat, tanpa memandang latar belakang agama, suku, atau etnis.”

Dr. (H.C.) KH. Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama RI 2014-2019, turut menjadi salah satu pengisi Kelas Offline dan Zoom Class pada sesi Islam Wasathiyah dalam Salaam Summit 2023. Pak LHS, begitu beliau biasa disapa, menekankan pentingnya Islam Wasathiyah. “Wasath berarti di tengah, moderat, tidak berlebihan dan tidak berkekurangan. Pemimpin muslim yang menerapkan prinsip Islam Wasathiyah adalah pemimpin yang adil dan berimbang. Ia tidak akan memaksa. Ia akan memberi ruang bagi yang lain untuk berbeda pendapat, menghargai pilihan keyakinan dan pandangan hidup seseorang.”

Selain kelas mengenai Islam Wasathiyah, Salaam Summit 2023 juga menghadirkan lima Zoom Class dan enam Kelas Offline lainnya dengan topik yang beragam. Sebanyak 24 tokoh nasional dan internasional juga tercatat menjadi pengisi kelas Salaam Summit, di antaranya General Secretary of the Muslim Council of Elders (MCE) H. E. Judge Mohamed Abdelsalam, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid, Direktur PeaceGeneration Indonesia Irfan Amalee, Country Director Search for Common Ground (SFCG) Indonesia Bahrul Wijaksana, Pendiri Institut Mosintuwu Lian Gogali, Managing Director Indika Foundation Ayu Kartika Dewi, hingga Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Siti Rofiah.

Mengisi Kelas Offline mengenai pengembangan karakter dan kompetensi memimpin, Siti Rofiah menyampaikan pentingnya kemampuan berpikir kritis bagi seorang pemimpin. Siti menuturkan, “Seringkali, kita menyimpulkan suatu hal tanpa melihat fakta. Berpikir kritis melatih kita untuk mencerna, berefleksi, dan membuat keputusan yang berkualitas sehingga adil bagi semua pihak.”

Siti mengungkapkan antusiasmenya terhadap program Salaam Summit, “Saya sangat antusias terlibat di Salaam Summit karena program ini memberikan ruang bagi orang muda untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang esensial tersebut.”

Tak hanya Siti, kolumnis dan aktivis Kalis Mardiasih juga ikut berpartisipasi dalam Salaam Summit 2023 sebagai moderator. Kalis memuji hadirnya ruang bagi orang muda untuk memahami toleransi. “Melalui Salaam Summit, orang muda dapat belajar bahwa tasamuh (toleransi) bukan sekadar membiarkan perbedaan, tetapi lebih tentang sifat proaktif dari semua pihak yang terlibat untuk saling memahami dan peduli.”

Salam Summit 2023 ini juga mendapatkan dukungan dan perhatian dari Muslim Council of Elders (MCE). MCE adalah badan independen lintas negara yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat muslim yang damai, moderat, dan toleran. General Secretary of the Muslim Council of Elders (MCE) H. E. Judge Mohamed Abdelsalam melalui video yang disampaikan dalam acara ini mengungkapkan pandangannya tentang Indonesia, “Indonesia akan senantiasa menjadi sumber inspirasi bagi banyak bangsa dalam hal koeksistensi, saling mencintai, persaudaraan manusia, dan akan terus menumbuhkan spirit penuh harapan. Masyarakat Indonesia dikenal dengan sikap rendah hati, suka berbuat baik, dan terbuka untuk semua kalangan. Karena itulah di Indonesia tumbuh berbagai agama, budaya, dan masyarakat.”

Rangkaian Kelas Offline Salaam Summit diakhiri dengan kunjungan peserta ke dua lokasi kelompok keagamaan berbeda. Kedua lokasi tersebut adalah lokasi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma dan Seminari Kolese St. Ignatius Yogyakarta. Melalui kunjungan ini, peserta akan mendapatkan pengalaman dialog antariman dan antarbudaya  yang dapat memperkaya wawasannya terkait keberagaman di Indonesia. Ini sejalan dengan misi Indika Foundation yakni mewujudkan Indonesia yang damai dengan menciptakan ruang interaksi antarkelompok berbeda.

Sejak 2017, Indika Foundation sudah memiliki fokus dalam membangun perdamaian di Indonesia melalui program-program peningkatan kapasitas untuk orang muda. Sebagai wujud nyata komitmennya, hingga kini Indika Foundation telah mendampingi lebih dari 60 sekolah dan universitas dengan 11.000 penerima manfaat dalam proyek pendidikan perdamaian. 

large_Kamar Belajar (1).png

medium_Kamar Belajar (1).png

small_Kamar Belajar (1).png

thumbnail_Kamar Belajar (1).png

Kamar Belajar (1).png

We work to increase individual/organizational capacity through training, seminars and mentoring, knowledge and skill enhancement, character building, leadership development.

Kami bekerja meningkatkan kapasitas individu/organisasi dalam bentuk pelatihan, seminar, dan mentoring melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan, pembangunan karakter, pengembangan dan pelatihan kepemimpinan, penguatan individu/komunitas/organisasi. 

large_program-kb.png

medium_program-kb.png

small_program-kb.png

thumbnail_program-kb.png

program-kb.png

On the Ungaran foothills, south of Semarang city, there is a village with a Buddhist community living near the home of a Moslem community. The people in this village called Getas residents live harmoniously despite having different religions and cultures. 

Passed from generation to generation, these two communities have been enthusiastically tied with a traditional pilgrimage called Nyadran Ritual. This ritual symbolises respect and gratitude towards mother earth and one’s ancestors. In the rituals, the villagers would play karawitan music (refers to traditional instruments like gamelan and gendang) and say their prayers. Nyadran is a celebration of diversity in the village.

Unfortunately, like any other local tradition, Nyadran values have started to fade. It became more like a yearly formal routine. Younger generation has started to lose interest in it. The little social media attention this village received has exacerbated this cultural gem isolation. Another issue faced by the villagers was the unequal power relation between men and women where men are highly dominating the rituals. 

Departing from these concerns, the Indika Foundation supports Buddhazine - a local media community - to restore the popularity and value of the Nyadran ritual. We opened up an opportunity for youth across religions, regardless of their gender, social status, and race, to participate in the Nyadran Perdamaian live-in program.  

Youth who participated would be living in villagers’ houses to experience all activities related to Nyadran rituals. They would join the classes related to Nyadran preparation and finally take part in the sacred ritual.

![image (1).png](/uploads/image_1_d647c7d7e0.png)

Courtesy of BuddhaZine: Villagers are enjoying festive meal after the ceremony

The results of Nyadran Perdamaian were rather mesmerising. We encountered various stories with similar themes that came out from the youth - the revival of Nyadran values. Take for example stories from Tri Susanti and Febriyanto. 

For Tri Susanti who just graduated high school and is a newbie to the ritual, joining the Nyadran Perdamaian program has given her enlightenment about the importance of tolerance and diversity as well as honouring one’s ancestors and mother nature. 

On the other hand, Febriyanto, who was appointed as the chairman of the Nyadran Perdamaian shared to us that he was honoured to be a part of the rituals. From his perspective, it gave him an invaluable opportunity to deepen his understanding of tolerance and humanity issues. 

Another significant change was the mindset shifting in women’s involvement during the ceremony. In the previous Nyadran, women belonged in the kitchen to organise the consumption. This had happened for hundreds of years without anyone really challenging the reasons. Yet, in the preparation classes, many started to question whether restrictions for women really exist in history. Realising there is no such limitation, the villagers started to encourage women - both adults and youth - to take part in the ceremony.  

The gamelan and gendang sound now sound more passionate than ever. The preparation of Nyadran rituals is more inclusive than before.

![image (2).png](/uploads/image_2_feeb1be37a.png)

Courtesy of BuddhaZine: Children participated in the karawitan classes
 
Not only adults and youth, but children are now more vibrant to preserve this cultural treasure. Despite their gender and social classes, they are now more willing and trusted to organise events related to their village traditions. Their mission is to restore the village to be a tourist village - to let the world know their traditional values - just like their ancestors’ will. 

> Explore more information for Nyadran Perdamaian [→](https://www.youtube.com/watch?v=wpdOTVB-9oE)


Di lereng gunung Ungaran, sebelah selatan Kota Semarang,  tersembunyi sebuah desa yang dihuni oleh dua komunitas yang berbeda - Buddha dan Muslim. Penduduk desa ini - Desa Getas - hidup secara rukun meskipun memiliki agama dan budaya yang berbeda.

Selama bertahun-tahun, diturunkan dari generasi ke generasi, dua dusun ini memiliki ikatan lewat sebuah ritual tradisional yang disebut Nyadran. Singkatnya, ritual ini melambangkan rasa hormat dan terima kasih kepada ibu pertiwi dan leluhur. Dalam ritual tersebut, penduduk desa akan memainkan musik karawitan (mengacu pada instrumen tradisional seperti gamelan dan gendang) dan memanjatkan doa. Nyadran merupakan perayaan nilai keberagaman di desa Getas.

Sayangnya, seperti kebanyakan tradisi lokal, nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh Nyadran mulai terkikis. Nyadran mulai dilihat sebagai acara rutin tahunan saja.  Pengetahuan tentang nilai Nyadran tidak banyak ditransfer kepada generasi muda dan cenderung berhenti di para sesepuh desa. Minimnya ruang di sosial media juga memperburuk situasi - nilai Nyadran mengendap di desa dan tidak diketahui oleh publik. Masalah lain yang dihadapi oleh penduduk desa adalah terjadinya ketimpangan peran antara laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih mendominasi jalannya ritual.

Berangkat dari kekhawatiran di atas, Indika Foundation bersama Buddhazine - sebuah komunitas media lokal - berinisiatif untuk  bekerjasama dengan para warga lokal dengan tujuan membangkitkan kembali popularitas dan nilai-nilai dari Nyadran. Bersama, kami membuka kesempatan bagi para pemuda/i lintas agama, terlepas dari gender, status sosial, dan ras, untuk berpartisipasi dalam acara live-in Nyadran Perdamaian.

Para pemuda/i yang berpartisipasi mendapatkan kesempatan untuk tinggal bersama para penduduk untuk mengikuti seluruh rangkaian aktivitas yang terkait dengan Nyadran. Mereka diberikan kelas-kelas terkait dengan persiapan Nyadran dan pada akhirnya terlibat dalam ritual yang suci tersebut.

![image (1).png](/uploads/image_1_d647c7d7e0.png)

Courtesy of BuddhaZine: Penduduk desa menikmati santapan setelah menjalankan upacara

Hasil dari Nyadran Perdamaian sangat mengagumkan. Kami menemukan berbagai macam cerita dengan tema serupa yang keluar dari para pemuda yang terlibat. Ambil saja contoh dari cerita Tri Susanti dan Febriyanto.

Bagi Tri Susanti yang baru saja lulus sekolah dan belum pernah mengikuti Nyadran, Nyadran Perdamaian telah memberikannya pencerahan tentang betapa pentingnya merawat toleransi dan keberagaman, selain menghormati leluhurnya.

Di sisi lain, Di sisi lain, Febriyanto yang ditunjuk sebagai ketua Nyadran Perdamaian menyampaikan bahwa terlibat aktif dalam Nyadran memberikan kesempatan berharga untuk memperdalam pemahamannya tentang toleransi dan masalah kemanusiaan.

Dampak lain yang paling terasa adalah keterlibatan perempuan dalam upacara Nyadran. Sebelumnya, kaum perempuan hanya berperan di dapur menyiapkan hidangan nyadran. Namun, kelas Perempuan Bertutur menggugah nalar kritis kaum perempuan untuk mempertanyakan aturan perempuan tidak ikut dalam upacara Nyadran. Menyadari tidak ada larangan bagi perempuan ikut Nyaran, penduduk desa mendorong partisipasi perempuan - dewasa dan pemudi - untuk ikut terlibat aktif.

Suara gamelan dan gendang terdengar penuh semangat. Persiapan Nyadran menjadi jauh lebih inklusif dari sebelumnya.

![image (2).png](/uploads/image_2_feeb1be37a.png)

Courtesy of BuddhaZine: Anak-anak berpartisipasi dalam kelas karawitan

Tidak hanya orang dewasa dan pemuda, namun anak kecil pun semakin bersemangat untuk melestarikan kekayaan budaya ini. Tidak peduli apa gender dan status sosial, mereka sekarang tidak ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam mengelola acara-acara yang berkaitan dengan tradisi desa mereka. Misi mereka adalah untuk membuat desa mereka menjadi dewa wisata - supaya dunia tahu nilai tradisional mereka -  seperti kehendak leluhur mereka.

> Cari tahu lebih lanjut tentang Nyadran Perdamaian [→](https://www.youtube.com/watch?v=wpdOTVB-9oE)



large_7 September - Impact Stories - Nyadran.jpg

medium_7 September - Impact Stories - Nyadran.jpg

small_7 September - Impact Stories - Nyadran.jpg

thumbnail_7 September - Impact Stories - Nyadran.jpg

7 September - Impact Stories - Nyadran.jpg

On the Ungaran foothills, south of Semarang city, there is a village with a Buddhist community living near the home of a Moslem community. The people in this village called Getas residents live harmoniously despite having different religions and cultures. 

Di lereng gunung Ungaran, sebelah selatan Kota Semarang,  tersembunyi sebuah desa yang dihuni oleh dua komunitas yang berbeda - Buddha dan Muslim. Penduduk desa ini - Desa Getas - hidup secara rukun meskipun memiliki agama dan budaya yang berbeda.


Hidden Treasure in Temanggung: Local Values to Nurture Tolerance

Harta Tersembunyi di Temanggung: Nilai Lokal untuk Memupuk Toleransi

Dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan, *podcast* Gerilya Karya hadir dengan menghadirkan beragam cerita tentang sosok pahlawan yang menginspirasi anak-anak muda Indonesia dalam berkarya.

Gerilya Karya 2020 adalah kolaborasi bersama Inspigo, sebuah platform media *podcast*.

In commemoration of the Youth Pledge and Heroes' Day, *podcast* Gerilya Karya is here by presenting various stories about heroes who inspire young Indonesians to work.

Gerilya Karya 2020 is a collaboration with Inspigo, a *podcast* media platform.

small_Podcast Gerilya Karya.png

thumbnail_Podcast Gerilya Karya.png

Podcast Gerilya Karya.png

Podcast Gerilya Karya

Proyek video animasi “Bener Gitu?” adalah bertujuan menumbuhkan pengetahuan bernalar kritis di kalangan anak-anak muda muslim dalam mempelajari nilai-nilai keagamaan.

Animated video project “Bener Gitu” is aimed at fostering knowledge of critical reasoning among young Muslims in learning religious values.

large_4 - Mushaf Quran-03.jpeg.png

medium_4 - Mushaf Quran-03.jpeg.png

small_4 - Mushaf Quran-03.jpeg.png

thumbnail_4 - Mushaf Quran-03.jpeg.png

4 - Mushaf Quran-03.jpeg.png

Video Animasi “Bener Gitu?”

Aktivasi akun Instagram dan TikTok toleransi.id yang menyebarkan ragam konten dengan nilai toleransi kepada anak muda.

Activation of tolerance.id Instagram and TikTok accounts that spread a variety of content with tolerance values ​​to young people.

medium_toleransi.id (ig & tiktok).png

small_toleransi.id (ig & tiktok).png

thumbnail_toleransi.id (ig & tiktok).png

toleransi.id (ig & tiktok).png

Media Sosial toleransi.id

Ngabubucast adalah akronim dari Ngabuburit sambil dengerin "Podcast", sebuah program podcast ramadan yang berisi konten-konten keislaman yang mengedepankan nilai-nilai islam moderat dan sejuk. 


Ngabubucast is an acronym for Ngabuburit while listening to "Podcast", a Ramadan podcast program that contains Islamic content that emphasizes moderate and cool Islamic values.

medium_podcast nagbuburit.jpg

small_podcast nagbuburit.jpg

thumbnail_podcast nagbuburit.jpg

podcast nagbuburit.jpg

Podcast Ngabubucast

Indika Foundation melahirkan karya animasi anak dengan gaya penceritaan ringan bertajuk *Ini Budi*, bekerja sama dengan Paragon Pictures yang telah berpengalaman memproduksi berbagai film nasional seperti *Keluarga Cemara, Kulari Ke Pantai, Aruna & Lidahnya, dan Gundala*. 

*Ini Budi* adalah serial animasi yang mengikuti keseharian anak berusia 9 tahun yang penuh dengan imajinasi dan petualangan. Film animasi yang mempromosikan keberagaman dan inklusivitas ini mengikuti pertemanan lima anak dengan latar belakang budaya, sosial ekonomi, dan agama berbeda. Setiap episodenya, *Ini Budi* bertujuan untuk mengajarkan nilai-nilai perdamaian seperti empati dan rasa menghargai ke sesama. 

Capaian *Ini Budi*:
- YouTube: 5 juta penonton dan 43 ribu pelanggan (subscribers).
- Instagram: 1,9 juta jangkauan, 5,5 ribu interaksi (like, save, comment, share), dan 73 ribu pengikut.
- Aktivitas pendukung: Lomba Video Kartun Ini Budi, Seminar Kartun Ini Budi, Workshop Guru Kreatif, dan IG Live bersama Inul Daratista dengan total 2,616 peserta terlibat.

Testimoni peserta:
1. *“Banyak sekali mendapatkan ilmu baru. Alhamdulilah banyak menemukan ide baru serta bertambah wawasan dalam penulisan cerita.”*
2. *“Banyak sekali mendapatkan bantuan seperti cara menentukan sebuah konflik untuk membuat alur cerita. memasukkan mata pelajaran ke dalam story telling, menata alur agar anak tidak bosan dan tentunya membuat cerita lebih menarik.”*


large_Youtube.jpg

medium_Youtube.jpg

small_Youtube.jpg

thumbnail_Youtube.jpg

Youtube.jpg

Kartun Anak "Ini Budi"

Table read is a document containing the agenda and points of discussion during the meeting which will be read and commented on by all meeting participants. This document is flexible and can be tailored to suit your needs.

A good reading table has:
**Reading Table Structure**
At least contains information about:
- Meeting agenda: What is the purpose of this document and meeting? How was the meeting process - for example, was it 15 minutes of silent reading and commenting, then 30 minutes of discussion?
- Meeting background: What was discussed at the meeting? What problem is trying to root? What background needs to be known about the problem?
Principle: What parameters to solve the problem? Are there any organizational, team, or program principles to keep in mind?
- Troubleshooting options: What are the troubleshooting methods, and what are the pros and cons?
- Recommendations: What are the team's recommendations for solving the problem? Why make these recommendations? What's the next step?
*- Discussion questions: Where do we want to focus the discussion? Are there clear decisions we want to make or areas we would like to specifically include?*
*- Attachments: Put anything here that you want to monitor for later but don't really need to be read by the audience for the meeting. Some common examples include, research details, data tables, glossaries, etc.*

**Not in the form of points**
This means that the table read is not in the form of essence or points like a presentation document or PowerPoint. The contents of the read table must be elaborative and comprehensive text. It's also a collaborative document - we recommend that you use Google Docs.

**It Doesn't Take Long to Read and Understand**
Table read should be readable in about one third to half of the specified meeting time. For example, suppose it takes you about 10 minutes to read the Reading Table in a 30-minute meeting. However, you can add more time if meeting participants need additional time to comment.

**Maximum 6 Pages**
This amount is deemed sufficient to cover a complex and strategic topic (excluding attachments). The 6-page reading table is suitable for an hour-long meeting, consisting of: 15 minutes of reading, 10-15 minutes of commenting, and 30 minutes of discussion.

**Enter Relevant and Required Information**
Avoid providing links to other documents, so that participants stay focused on the document. You can still include links to external sources, but be aware that not all meeting participants have time to open these links. Use footnotes. State acronyms and briefly describe foreign terms.

Table read adalah dokumen berisi agenda dan pokok-pokok diskusi saat rapat yang akan dibaca dan dikomentari oleh seluruh peserta rapat.  Dokumen ini bersifat fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan Anda. 

Table read yang baik memiliki:
**Struktur Tabel Baca**
Setidaknya memuat informasi mengenai:
- Agenda rapat: Apa tujuan dari dokumen dan rapat ini? Bagaimana proses pertemuannya--misalnya, apakah 15 menit membaca dan berkomentar dalam senyap, lalu 30 menit berdiskusi?
- Latar belakang rapat: Apa yang dibicarakan pada rapat? Apa masalah yang coba diselesaikan? Apa latar belakang yang perlu diketahui mengenai masalah tersebut?
- Prinsip: Apa parameter untuk memecahkan masalah? Apakah ada prinsip organisasi, tim, atau program yang perlu diingat?
- Opsi-opsi untuk memecahkan masalah: Apa saja cara potensial untuk menyelesaikan masalah, serta bagaimana pro dan kontranya?
- Rekomendasi: Apa rekomendasi tim untuk memecahkan masalah? Mengapa memberikan rekomendasi tersebut? Apa langkah selanjutnya?
*- Pertanyaan Diskusi: Di ​​mana kita ingin memfokuskan diskusi? Apakah ada keputusan jelas yang ingin kita buat atau area yang ingin kita masukan secara khusus?*
*- Lampiran: Taruh apa pun di sini yang ingin Anda pantau untuk nanti tetapi tidak benar-benar perlu dibaca oleh audiens untuk rapat. Beberapa contoh umum termasuk, detail penelitian, tabel data, glosarium, dll.*


**Tidak berbentuk poin**
Artinya, table read tidak berupa intisari atau poin seperti dokumen presentasi atau PowerPoint. Muatan table read harus berupa teks yang elaboratif dan komprehensif. Selain itu, dokumen ini juga bersifat kolaboratif--kami merekomendasikan agar Anda menggunakan Google Docs.

**Tidak Butuh Waktu Lama untuk Dibaca dan Dipahami**
Table read harus bisa dibaca sekitar sepertiga hingga setengah dari waktu rapat yang ditentukan. Misalnya, Anda memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk membaca Tabel Baca dalam rapat 30 menit. Namun, Anda bisa menambah waktu lebih banyak jika peserta rapat butuh waktu tambahkan dalam memberikan komentar.

**Maksimal 6 Halaman**
Jumlah tersebut dianggap sudah cukup untuk memuat topik yang kompleks dan strategis (tidak termasuk lampiran). Table read sepanjang 6 halaman sesuai untuk rapat selama 1 jam, terdiri atas: 15 menit membaca, 10-15 menit memberi komentar, dan 30 menit diskusi.

**Masukkan Informasi yang Relevan dan Dibutuhkan**
Hindari memberikan tautan ke dokumen lain, agar peserta tetap fokus pada dokumen. Anda tetap dapat memasukkan tautan ke sumber eksternal, tetapi pahami bahwa tidak semua peserta rapat sempat membuka tautan tersebut. Gunakan catatan kaki. Sebutkan akronim dan jelaskan istilah asing secara singkat.

large_Cover (4).png

medium_Cover (4).png

small_Cover (4).png

thumbnail_Cover (4).png

Cover (4).png

How to Make a Good Table Read?

Bagaimana Membuat Table Read yang Baik?

lent meeting* or silent meeting is a meeting where most of the time is allocated to thinking about and discussing the meeting topic - rather than listening to people present the meeting topic.

In practice, the activity in a meeting is to read and comment on *table read* or *table read* in silence by all meeting participants, then discuss it. In addition, there are facilitators whose role is to ensure that the meeting runs productively, effectively and efficiently.

*Silent meeting* is perfect for discussing complicated decisions that require deep thought. The table read document provides space for participants to reflect. Meanwhile, the talk time is focused on discussing important or difficult topics to be resolved through comments on the document. For example, discussing team coordination, potential risks, or discussing complex issues.

There are several reasons why *silent meeting* is considered better, because meetings are often ineffective. For example: unclear meeting agenda, no common reading material for all participants, time runs out for presentation sessions, meeting participants miss opportunities to comment and provide thoughts, and comments or responses are often not recorded. In addition, silent meetings are effective for remote and collaborative work meetings.

**What needs to be prepared?**
1. Determine the agenda for the meeting and appoint a facilitator, which includes:
- Meeting objectives (what do you want to achieve from the meeting?)
- Process meetings (for example, read documents for 10 minutes in silence, then discuss for 20 minutes)
- Appointment of facilitators (who will facilitate the discussion?)
2. Make a table read (material to read at a meeting)
The material should be read for 10-15 minutes
Try to include whatever information is needed in the document - avoid using attachments or clicking through other documents to get people to focus on the document
3. Read and comment on *table read*
- Read documents according to the allocated time
- Meeting participants must provide comments or questions on the document
- After completing comments, meeting participants can read the document again from the beginning and read comments given by others
- If needed, meeting participants respond to other people's comments
4. The facilitator helps categorize comments and leads the discussion
- Review comments and identify emerging topics
- End the reading activity when the time is up
- Guide the discussion according to the priority of the topic
5. Identify the next action 5 minutes before the meeting ends and make sure it is clear who will follow up on the action

*Silent meeting* atau rapat senyap adalah rapat yang sebagian besar waktu dialokasikan untuk memikirkan dan mendiskusikan topik rapat--ketimbang mendengarkan orang mempresentasikan topik rapat.

Dalam praktiknya, kegiatan dalam rapat adalah membaca dan mengomentari *table read* atau *tabel baca* dalam diam oleh seluruh peserta rapat, lalu mendiskusikannya. Selain itu, ada fasilitator yang berperan untuk memastikan rapat berjalan dengan produktif, efektif, dan efisien.

*Silent meeting* sangat sesuai untuk membahas keputusan rumit yang membutuhkan pemikiran mendalam. Dokumen table read menyediakan ruang bagi peserta untuk berefleksi. Sementara, waktu bicara difokuskan untuk membahas topik penting atau sulit diselesaikan melalui komentar di dokumen. Misalnya, membahas koordinasi tim, potensi risiko, atau diskusi isu yang kompleks.

Ada beberapa alasan mengapa *silent meeting* dinilai lebih baik, sebab rapat pada umumnya kerap inefektif. Misalnya: agenda rapat yang tidak jelas, tak ada bahan bacaan bersama untuk seluruh peserta, waktu banyak habis untuk sesi presentasi, peserta rapat kehilangan kesempatan untuk berkomentar dan memberikan pemikiran, serta komentar atau tanggapan seringkali tidak tercatat. Selain itu, silent meeting efektif diterapkan untuk rapat kerja jarak jauh dan kolaboratif.

**Apa yang perlu disiapkan?**
1. Tentukan agenda rapat dan tunjuk fasilitator, yang mencakup:
- Tujuan rapat (apa yang ingin dicapai dari rapat?)
- Proses rapat (misalnya, baca dokumen selama 10 menit dalam diam, lalu berdiskusi selama 20 menit)
- Penunjukkan fasilitator (siapa yang akan memfasilitasi diskusi?)
2. Buatlah table read (materi untuk dibaca saat rapat)
Sebaiknya materi dapat dibaca selama 10-15 menit 
Cobalah untuk memasukkan informasi apapun yang diperlukan dalam dokumen tersebut--hindari menggunakan lampiran atau mengklik ke dokumen lain agar orang fokus pada dokumen
3. Baca dan berikan komentar pada *table read*
- Baca dokumen sesuai dengan alokasi waktu
- Peserta rapat harus memberikan komentar atau pertanyaan di dokumen
- Setelah selesai memberikan komentar, peserta rapat dapat membaca dokumen kembali dari awal dan membaca komentar yang diberikan orang lain
- Jika diperlukan, peserta rapat menanggapi komentar orang lain
4. Fasilitator membantu mengkategorikan komentar dan memimpin diskusi
- Reviu komentar dan identifikasi topik yang muncul
- Akhiri aktivitas membaca saat waktunya habis
- Pandu diskusi sesuai dengan prioritas topik
5. Identifikasi tindakan selanjutnya 5 menit sebelum rapat berakhir dan pastikan dengan jelas siapa yang akan menindaklanjuti tindakan tersebut

Konten Edukasi

Proyek — 9

Keluarga untuk Ajarkan Toleransi

Akademi Milenial Islami

Kelas Indika Foundation Publik

Bootcamp Social Impact 101

Kideco Digital Competition

Tripatra Engineering for Teenagers

Youth Camp PROTECT

Interport Pelatihan Pendidikan Karakter

Indika Foundation Limited Distribution Grant

Hal baru yang saya pelajari, untuk mengkomunikasikan toleransi tidak hanya melalui gerakan, tapi bisa melalui seni, pendidikan, lingkungan, dan komunitas.

Wenny

Makasih min, postingannya membuka pikiran saya. Jujur saya cuma sekadar tau kata toleransi tapi tidak sepenuhnya mengerti makna dari toleransi itu sendiri. Dan setelah membaca banyak artikel yg mimin update, hampir semuanya saya terapkan

akun @opisleuwol29

Cerita terkait

Media sosial

@toleransi.id

35.1K

1.238

4.424.328

@toleransi.id

76.8K

1.079.134

1.7M

Temukan kami juga di